Title : Hyung, Kajima!
CAST : Key SHINee as Kibum/Key
Onew SHINee as Jinki/Onew
Minho SHINee as Minho
Taemin SHINee as Taemin
Genre : Brothership, Friendship, Sad
Daegu, 1998. Panti Asuhan Bintang
[KEY POV]
Tubuhku
terasa kaku dan hatiku hancur. Setelah beberapa bulan yang lalu aku dan
keluargaku mengalami kecelakaan, kini aku hanya hidup dengan hyungku- Jinki
hyung di panti asuhan ini. Perkenalkan namaku Kibum. Beberapa bulan yang lalu
setelah kedua orangtuaku meninggal dan kami harus tinggal di panti asuhan ini,
aku merasa aku adalah orang yang paling menderita dan aku juga merasa bersalah
kepada hyungku. Mengapa bukan aku saja yang saat itu pergi? Toh menurutku
sebentar lagi juga aku akan menyusul kedua orangtuaku. Aku hanya seorang anak
laki-laki berusia usia 6 tahun yang memiliki penyakit lemah jantung sejak aku
lahir. Andai saja waktu itu penyakitku tidak kambuh pasti kecelakaan itu tidak
akan pernah terjadi. Orangtuaku saat itu panik dan buru-buru membawaku ke rumah
sakit. Mobil yang kami kendarai bertabrakan dengan truk saat akan mendahului
sebuah mobil. Orangtuaku tewas di tempat, dan aku? Anehnya sampai sekarang
masih hidup. Saat itu hyungku yang lebih tua 2 tahun dariku itu sedang ada di
rumah dan begitu mendengar berita itu hatinya langsung hancur berkeping-keping.
Aku melihat jelas pancaran kesedihan yang tergambar di wajahnya. Jinki hyung
berusaha untuk tetap tegar dan justru berusaha menguatkanku.Sikapnya saat itu
justru membuatku semakin merasa bersalah kepadanya. Hyung, mianhe!
Setelah hari itu,
karena kami tidak memiliki keluarga lagi maka mau tidak mau kami harus tinggal
di panti asuhan ini.
[KEY
POV END]
28
Agustus 2000, Panti Asuhan Bintang
[JINKI
POV]
Pagi ini seperti biasa
aku dan Kibum bermain duduk di taman panti asuhan. Taman merupakan tempat favorit
Kibum, atau lebih tepatnya tempat favoritku karena aku yang biasanya memaksa
Kibum untuk keluar kamar. Sudah beberapa bulan sejak kecelakaan itu Kibum
selalu terlihat murung.
“Kibum-ah, kau mau naik ayunan? Biar
hyung yang mendorongnya.”tanyaku pada Kibum
Tak ada respon dari Kibum. Dia hanya
duduk melamun. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
“Kibum-ah.” aku menyentuh pundaknya
supaya ia sadar aku bicara dengannya.
“Hyung...”ucapnya pelan. Tapi ia tak
melanjutkan kata-katanya.
“Ada apa Kibum-ah?”tanyaku.
“Berjanjilah padaku, walau suatu saat
kita berpisah hyung tidak akan melupakanku.”ucapnya sambil menunduk.
“Hyung tidak akan meninggalkanmu. Hyung
akan selalu bersamamu.”jawabku sambil mengusap pundak Kibum.
Kibum terdiam lagi
mendengar ucapanku. Aku lama-lama bisa bosan kalau adikku begini terus. Dulu
Kibum tidak sependiam ini, kami bahkan sering main bersama. Aku ingin
memarahinya, tapi aku tidak tega. Biarlah mungkin lama-kelamaan Kibum yang dulu
akan kembali lagi.
[AUTHOR POV]
Hari ini, tepatnya
tanggal 23 September 1998 ada sepasang suami istri yang datang ke Panti Asuhan
Bintang dan mereka tertarik untuk mengadopsi Jinki menjadi anak angkat mereka.
Dari penampilan mereka terlihat mereka adalah orang kaya dan mereka adalah
orang yang baik. Mereka mengadopsi anak karena sejak mereka menikah, mereka
belum juga mendapatkan anak. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengadopsi
seorang anak.
“Jinki, mulai sekarang kau bisa tinggal
dengan keluarga Lee”ucap Kim ahjumma pemilik panti asuhan yang datang menemui
Jinki yang sedang bermain dengan Kibum di taman panti asuhan. Pemilik panti
asuhan tersebut tidak datang sendiri, melainkan datang bersama tuan dan nyonya
Lee.
“Aku tidak mau ikut dengan mereka”ucap Jinki
tidak menghiraukan mereka.
“Jinki tidak bisa selamanya di sini.
Kalau Jinki tinggal bersama keluarga Lee, Jinki bisa mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.”ucap Kim ahjumma lembut.
“Tapi aku tidak bisa meninggalkan
Kibum.”jawab Jinki sambil menggenggam erat tangan Kibum seolah dia tidak akan
pernah bisa dipisahkan dengan dongsaengnya
itu.
[AUTHOR
POV END]
[JINKI
POV]
“Aku tidak akan meninggalkan Kibum
sendiri di sini,apalagi dengan kondisinya saat ini.”tekadku saat Kim Ahjumma
memintaku untuk mulai tinggal dengan keluarga Lee. Kugenggam tangan Kibum lebih
erat. Dia adikku satu-satunya dan aku tidak mau berpisah dengannya.
“Tinggallah bersama kami. Nanti kau bisa
sekali-kali menjenguk adikmu itu.”ucap nyonya Lee.
“Maaf aku tidak bisa”jawabku cepat.
“Kau harus pergi hyung! Lagipula aku
juga nanti akan menemukan keluarga baru.”ucap Kibum. Dari cara bicaranya aku
tahu dia sangat sedih mengucapkan itu, tapi aku tidak tahu apa yang ada
dipikirannya hingga mengucapkan kata-kata seperti itu.
“Keluarga baru? Aku hyungmu.”aku tak
percaya dengan kata-katanya.
“Ani hyung. Bila aku tetap di sini
bersama hyung hidupku juga akan susah. Hyung harus ikut dengan mereka
sekarang.”ucap Kibum sambil melepaskan genggamanku.
Kulihat wajah Kibum
lekat-lekat. Kali ini tidak terpancar keraguan dari wajahnya maupun kata-katanya.
“Haruskah aku meninggalkannya? Lalu
bagaimana nasib Kibum selanjutnya?”pertanyaan-pertanyaan itu kini berkecamuk di
kepalaku. Di satu sisi ucapan Kibum ada benarnya, tapi di sisi lain sebagai
satu-satunya keluarga yang dia punya, aku tak bisa meninggalkannya.
“Jinki tolong dengarkan baik-baik. Apa
yang dikatakan Kibum benar.”ucap Kim Ahjumma sambil mengelus kepalaku.
Aku lalu menatap
keluarga Lee tersebut dan begitu mataku bertemu pandang dengan mereka, tatapan
mereka seolah-olah meyakinkanku untuk ikut dengan mereka dan menjadi anak
angkat mereka.
[JINKI
POV END]
[KEY
POV]
Sebenarnya aku tidak
mau Jinki hyung meninggalkanku, tapi bila dia terus denganku maka hidupnya akan
sengsara. Aku merasa keluarga Lee adalah orang baik.
Jinki hyung menatap
keluarga Lee, sepertinya keyakinannya untuk berada di sini sudah cukup goyah.
Aku merasa senang sekaligus hancur. Bila hyungku ikut dengan mereka, maka
hidupnya akan bahagia. Tapi untuk hari-hari berikutnya berarti aku harus hidup
sendiri tanpa keluargaku. Aku mengakui masih ada perasaan egois di hatiku
supaya hyungku tetap di sini. Bagaimanapun usiaku masih 7 tahun. Ya, tepat hari
ini usiaku 7 tahun.
“Tidak! Hyung harus pergi.”batinku
meyakinkan diriku sendiri.
“Bagaimana Jinki? Kau ikut dengan
mereka?”tanya Kim Ahjumma pada Jinki hyung.
Aku merasa Jinki hyung
menatapku, tapi aku tak balas menatapnya. Aku tak cukup kuat untuk menatapnya.
“Baiklah.”ucapnya pelan.
Bagai disambar petir,
aku merasa hancur.
“Baguslah kalau begitu.”ucapku berusaha
menyembunyikan kesedihanku.
“Kalau begitu sekarang kamu kemasi
barang-barangmu dan ikut dengan kami.”ucap nyonya Lee.
“Tapi bisakah malam ini aku tidur di
panti asuhan ini dulu? Aku ingin bersama Kibum untuk yang terakhir kalinya.”
Kata-kata “terakhir
kali” dari Jinki hyung benar-benar membuatku bagaikan ditimpa beban berat.
“Menurutku sekarang atau besok sama saja
hyung. Lebih baik kau ikut mereka sekarang. Kalau mereka harus datang ke sini
lagi besok, bukankah itu malah akan merepotkan mereka?”ucapku datar.
Aku tidak tahu mengapa
aku bisa berkata seperti itu, tapi toh memang benar apa yang kuucapkan.
“Benar kata adikmu. Kami besok harus
pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.”ucap tuan Lee.
“Baiklah.”jawab Jinki hyung berat.
“Baiklah, ahjumma akan membantumu untuk
membereskan barang-barangmu.”ucap Kim Ahjumma sambil menggandeng Jinki hyung
menuju kamarnya dan kamarku.
Saat mereka mengemasi
barang-barang Jinki hyung, aku hanya duduk di atas ranjangku dan memperhatikan
Jinki hyung untuk terakhir kali. Aku paling tidak menyukai namanya perpisahan,
tapi mau bagaimana lagi? Menurutku ini yang terbaik.
Beberapa saat kemudian
Jinki hyung menghampiriku dan memberikan sebuah kalung yang memiliki liontin
kecil berinisial N.
“Ini milik eomma. Aku ingin kau
menyimpannya.”ucap Jinki hyung sambil memberikan kalung itu ke genggaman
tanganku.
“Ne.”jawabku datar.
“Ayo Jinki, kamu harus segera
pergi.”ucap Kim Ahjumma
“Baiklah. Hyung akan pergi
Kibum-ah.”ucap Jinki hyung seolah memberitahu hal yang belum aku tahu.
“Ne, hyung.” Aku berusaha sebisa mungkin
menahan tangisanku.
Jinki hyung kemudian
beranjak pergi meninggalkan kamarku. Kamar yang sudah kami tempati beberapa
bulan ini. Tiba-tiba Jinki hyung kembali menghampiriku dan memelukku.
“Kau tunggu hyung beberapa tahun lagi.
Hyung akan kembali menjemputmu.”bisik Jinki hyung. Suara Jinki hyung bergetar
dan aku tahu dia juga menahan tangis.
Aku tidak merespon
ucapan Jinki hyung lebih tepatnya aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Beberapa saat kemudian Jinki hyung pergi dari kamarku. Kali ini dia benar-benar
meninggalkanku, sendiri... Aku meletakkan kalung pemberian Jinki hyung tadi di
atas ranjangku.
Selanjutnya, aku
diam-diam mengikuti Jinki hyung sebelum Jinki hyung masuk ke mobil milik
keluarga Lee. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat hyungku pergi.
Perlahan mobil keluarga Lee pergi meninggalkan panti asuhan ini. Beberapa saat
kemudian aku menangis. Sebenarnya aku tidak ingin menangis, namun tiba-tiba
saja air mataku keluar dengan derasnya. Detik berikutnya aku merasa dadaku
sesak dan detak jantungku tidak teratur. Aku paling benci hal ini terjadi.
Sesaat kemudian semuanya berubah menjadi gelap.
[KEY
POV END]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar